Sasaran Tes Berdasarkan Para Ahli
1. Menurut Kosadi, dkk (1994:23)
(a) memperoleh data tentang tingkat kecepatan dan ketepatan siswa menyerap informasi yang disampaikan
(b) Memperoleh data tentang taraf kemampuan dan ketrampilan berbahasa dan bersastra setelah kegiatan belajar mengajar
(c) Mengukur keampuhan dan ketepatan program pengajaran yang dilaksanakan (d) Memperoleh umpan balik yang akan digunakan sebagai bahan utuk melakukan perubahan dan perbaikan pada program berikutnya
(e) Memperoleh data yang akan digunakan sebagai pedoman pengelompokan siswa sesuai dengan kemampuan dan keterampilan berbahasa
(f) Menentukan taraf, bakat, minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran bahasa dan sastra
(g) Menentukan jurusan/program yang sesuai dengan kemampuan siswa berbahasa
(h) Menentukan perlu tidaknya merencanakan dan melaksanakan pengajaran khusus / pengajaran ulang
(i) Merupakan data laporan terhadap pihak terkait melalui buku raport dan menentukan naik tidaknya atau lulus tidaknya siswa pada suatu program pendidikan .
Tes kemampuan berbahasa terbagi atas empat:
a. Listening
b. Speaking
c. Reading
d. Writing
II. Tes Kemampuan Mendengarkan/ Listening
3 hal yang perlu diperhatikan dalam menunjukan wacana yang akan digunakan untuk bahan tes mendengarkan:
1. Tingkat kesulitan wacana; tingkat kesulitan wacana dapat dilihat dari faktor koakata dan struktur kalimat yang dipergunakan. Tingkat kesulitan wacan ini hendaknya disesuaikan dengan latarbelakabg usia dan pengalaman keseharian siswa.
2. Isi cakupan wacana; wacana yang diteskan hendaknya berisi hal-hal yang netral sehingga sangat memungkinkan adanya kesamaan pandangan terhadap isi masalah itu.
3. Jenis – jenis wacana; (a) pertanyaan atau pernyataan singkat, (b) dialog, (c) ceramah atau piato, (d) pembacaan berita, (e) pembacaan.
Bentuk-bentuk Tes Meyimak
1. Menuliskan kata aku yang disimakkan
2. Menuliskan kata yang mirip bunyi dan berbeda maknanya dalam kalimat
3. Memahami pertanyaan atau pernyataan
4. Mengemukakan kembali isi wacana
5. Menentukan pokok-pokok informasi.
III. Tes Kemampuan Berbicara / Speaking
Komponen-komponen kemampuan berbicara:
1. Penggunaan bahasa lisan yang berfungsi sebagai media pembicaraan, meliputi kosakata, struktur bahasa, lafal dan intonasi, ragam bahasa, dan kesantunan bahasa, keruntunan, dan sebagainya.
2. Pengunaan isi pembicaraan, yang tergantung pada apa yang menjadi topik pembicaraan.
3. Penguasaan teknik dan penampilan berbicara, yang disesuaikan dengan situasi dan jenis pembicaraan, seperti bercakap-cakap, berpidato, berceritera dan sebagainya. Penguasaan teknik penampilan ini penting sekali pada jenis-jenis berbicara formal, seperti berpidato, berceramah atau diskusi.
Tes kemampuan mendengarkan / Listening.
Tes untuk kemampuan mendengarkan harus disampakan secara lisan dan diterima siswa melalui sarana pendengaran. Masalah yang kerap muncul adalah sarana apa yang harus dipergunakan dan bagaimana cara menyampaikan penilaian yang efektif, perlukah kita mempergunakan media rekaman atau langsung disampaikan secara lisan oleh guru sewaktu tes berlangsung.
Kemampuan menyimak diartikan sebagai kemampuan menangkap dan memahami bahasa lisan. Baik wacana yang bersifat monolog ataupun dialog dapat digunakan untuk tes menyimak. 3 hal yang perlu diperhatikan dalam menunjukan wacana yang akan digunakan untuk bahan tes mendengarkan:
1. Tingkat kesulitan wacana; tingkat kesulitan wacana dapat dilihat dari faktor koakata dan struktur kalimat yang dipergunakan. Tingkat kesulitan wacan ini hendaknya disesuaikan dengan latarbelakabg usia dan pengalaman keseharian siswa.
2. Isi cakupan wacana; wacana yang diteskan hendaknya berisi hal-hal yang netral sehingga sangat memungkinkan adanya kesamaan pandangan terhadap isi masalah itu.
3. Jenis – jenis wacana; (a) pertanyaan atau pernyataan singkat, (b) dialog, (c) ceramah atau piato, (d) pembacaan berita, (e) pembacaan satra.
Bentuk-bentuk Tes Meyimak
6. Menuliskan kata aku yang disimakkan
7. Menuliskan kata yang mirip bunyi dan berbeda maknanya dalam kalimat
8. Memahami pertanyaan atau pernyataan
9. Mengemukakan kembali isi wacana
10. Menentukan pokok-pokok informasi.
Tes Kemampuan Berbicara
Kemampuan berbicara merupakan kemampuan produktif yang bersifat terpadu. Produktif artinya pada waktu berbicara orang mengguka bahasa untukmenghasilkan suatu pembicaraan. Terpadu artinya pembicaraan itu terjadi karena penggabungan sejumlah kemampuan yang menjadi komponen kemampuan berbicara.
Komponen-komponen kemampuan berbicara:
4. Penggunaan bahasa lisan yang berfungsi sebagai media pembicaraan, meliputi kosakata, struktur bahasa, lafal dan intonasi, ragam bahasa, dan kesantunan bahasa, keruntunan, dan sebagainya.
5. Pengunaan isi pembicaraan, yang tergantung pada apa yang menjadi topik pembicaraan.
6. Penguasaan teknik dan penampilan berbicara, yang disesuaikan dengan situasi dan jenis pembicaraan, seperti bercakap-cakap, berpidato, berceritera dan sebagainya. Penguasaan teknik penampilan ini penting sekali pada jenis-jenis berbicara formal, seperti berpidato, berceramah atau diskusi.
Tes berbicara bukan hanya berbentuk ujian lisan melainkan juga ujian penampilan. Untuk itu, teknik ujian dibantu oleh teknik observasi, pengujian mengamati, bagaiman teruji berbicara. Ini berlaku pada ujian berbicara yang dilakukan secara langsung. (Nurgiantoro, 1988). Beberapa contoh bentuk tes berbicara dapat dilakukan melalui bentuk sebagai berikut:
1. Berbicara berdasarkan rangsangan visual (gambar, laporan pandangan mata)
2. Wawancara,
3. Bercerita,
4. Berpidato,
5. Berdiskusi,
6. Menceritakan secara lisan,
7. Mengemukakan saran, pendapat, sanggahan, dan
8. Bermain peran.
Aspek-aspek yang dinilai dari tes berbicara yang disajikan adalah kualitas hasil dan tingkat kemampuan penampilan (Weir, 1993:30). Penilaian tersebut mengacu secara umum pada aspek-aspek seperti; ketepatan pilihan kata/ struktur kalimat, kefasihan/ kelancaran, kejelasan dan kesesuaian isi, serta aspek-aspek pragmatik Lainnya.
Vygotsky (1962), keterampilan berbicara seperti ini dibedakan antara berbicara yang diucapkan dan berbicara dalam hati atau hanya ada dalam pikiran anak tersebut.
2. Jenis Tes Bahasa Berdasarkan Sasaran Tes Bahasa
Menurut Djiwandono (2008:114—134), tes bahasa yang berdasarkan sasarannya, yaitu kemampuan atau komponen bahan mana yang dijadikan fokus pengukuran tingkat penguasaan-nya. Tes bahasa dapat dikategorikan sebagai tes yang sasarannya adalah kemampuan bahasa, yaitu (1) tes kemampuan menyimak, (2) tes kemampuan berbicara, (3) tes kemampuan membaca dan (4) tes kemampuan menulis. Tes yang sasarannya komponen bahasa seperti (5) tes kemampuan melafalkan, (6) tes kemampuan kosakata dan (7) tes kemampuan tata bahasa, karena sasaran utamanya adalah tingkat penguasaan kemampuan bahasa, dan tingkat penguasaan melafalkan atau penguasaan tata bahasa dan sebagainya.
a. Tes Kemampuan Menyimak
Sasaran utama tes kemampuan menyimak adalah kemampuan peserta tes untuk memahami isi wacana yang dikomunikasikan secara lisan langsung oleh pembicara, atau sekedar rekaman. Tes kemampuan menyimak dapat dipusatkan pada kemampuan memahami fakta-fakta yang secara eksplisit dinyatakan, termasuk urutan-urutan peristiwa atau kejadian, atau yang hanya dinyatakan secara implisit, mengenali implikasi dari isi teks, mengambil kesimpulan dan lain-lain.
Bagaimanakah eksplisit dan implicit?
b. Tes Kemampuan Berbicara
Tes kemampuan berbicara dimaksudkan untuk mengukur tingkat kemampuan mengungkapkan diri secara lisan. Tingkat kemampuan berbicara ini ditentukan oleh kemampuan untuk mengungkapkan isi pikiran sesuai dengan tujuan dan konteks pembicaraan yang sedang dilakukan, bagaimana isi pikiran disusun sehingga jelas dan mudah dipahami, dan diungkapkan dengan bahasa yang dikemas dalam susunan tata bahasa yang wajar, pilihan kata-kata yang tepat, serta lafal dan intonasi sesuai dengan tujuan dan sifat kegiatan berbicara yang sedang dilakukan.
Richard (1986: 21-28) membagi fungsi berbicara menjadi tiga sebagai
berikut:
(1) Berbicara sebagai interaksi (talk as interaction)
Fungsi berbicara sebagai interaksi mengacu pada kegiatan percakapan
yang biasa dilakukan dan berhubungan dengan fungsi sosial. Fokus
utamanya adalah kepada si penutur dan bagaimana mereka
menunjukkan diri mereka kepada orang lain. Bahasa tuturannya bisa
formal ataupun berupa tuturan yang sering digunakan dalam
percakapan sehari-hari. Beberapa kemampuan yang ikut dilibatkan
dalam kegiatan berbicara sebagai sebuah interaksi, antara lain:
a) membuka dan menutup percakapan;
b) memilih topik;
c) membuat percakapan-percakapan kecil/ringan;
d) bergurau;
e) menceritakan kejadian dan pengalaman pribadi;
f) dilakukan secara bergantian;
g) adanya interupsi/menyela percakapan;
h) bereaksi terhadap satu sama lain;
i) menggunakan gaya berbicara yang sesuai.
13
(2) Berbicara sebagai transaksi (talk as transaction)
Kegiatan berbicara sebagai transaksi lebih memfokuskan kepada pesan
yang ingin disampaikan dalam kegiatan berbicara. Richard (1986: 21-
28). Ada dua tipe dalam kegiatan sebagai sebuah interaksi yaitu:
(a) Kegiatan yang fokus utamanya memberi dan menerima informasi,
dengan kata lain membuat orang lain mengerti dengan jelas dan
akurat terhadap pesan yang disampaikan daripada peserta tutur dan
bagaimana mereka berinteraksi dengan orang lain. Ketepatan
bukannya menjadi fokus utama selama informasi berhasil
dikomunikasikan dan dimengerti.
(b) Kedua adalah kegiatan yang fokus utamanya adalah untuk
memeroleh barang atau jasa, misalnya dalam percakapan seseorang
yang memesan makanan di restoran.
(3) Berbicara sebagai penampilan (talk as performance)
Berbicara sebagai penampilan mengacu pada kegiatan berbicara guna
menyampaikan informasi di depan umum atau peserta. Berbicara
model ini lebih kepada berbicara satu arah daripada dua arah (dialog)
dan lebih terkesan seperti bahasa tulis daripada percakapan. Richard
(1986: 21-28)
Ciri utama kegiatan berbicara sebagai penampilan adalah (a) fokus
pada pesan yang ingin disampaikan dan kepada peserta, (b)
14
mementingkan bentuk dan ketepatan ucapan, (c) bahasa yang
digunakan terkesan seperti bahasa tulis, (d) lebih sering monolog, dan
(e) struktur dan urutannya dapat diprediksikan. Dalam pembelajaran
bahasa, menurut Bygate (1995:5-6) ada dua cara mendasar yang kerap
kita lakukan yang dapat dikategorikan sebagai skill (keterampilan)
yaitu:
1) Motor-perceptive skill yang mencakup mengartikan, menghasilkan,
dan mengucapkan bunyi dan struktur bahasa secara benar.
2) Interaction skill yang mencakup membuat keputusan tentang
sebuah komunikasi misalnya ingin mengungkapkan apa,
bagaimana mengatakannya, mengembangkannya sesuai dengan
yang dimaksudkan oleh orang lain.