Featured Post Today
print this page
Latest Post
Tampilkan postingan dengan label language testing. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label language testing. Tampilkan semua postingan

Ciri-ciri Tes Yang Baik

Sebuah tes dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur harus memenuhi persyaratan tes, yaitu memiliki :
 Validitas
Sebuah data atau informasi dapat dikatakan valid apabila sesuai dengan keadaan sebenarnya. Jika data yang dihasilkan dari sebuah instrumen valid, maka dapat dikatakan bahwa instrumen tersebut valid, karena dapat memberikan gambaran tentang data secara benar sesuai dengan kenyataan/keadaan sesungguhnya. Sebuah tes disebut valid apabila tes itu dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur.
 Reliabilitas
Reliabilitas sebagai alat ukut yang hasil pengukurannya digunakan untuk membuat berbagai keputusan terpenting. Sebuah tes dikatakan reliabilitas apabila skor yang dihasilkan hasil pengukuran kosisten, tidak berubah-ubah, dapat dipercaya karena tetap dan tidak berubah secara mencolok.
 Objektivitas
Objektif berarti tidak adanya unsur pribadi yang mempengaruhi. Lawan dari objektif adalah subjektif, artinya terdapat unsur pribadi yang mempengaruhi. Sebuah tes dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam melaksanakan tes itu tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhi.
 Praktikabilitas
Tes yang praktis adalah tes yang :
1) Mudah dilaksanakan
2) Mudah pemeriksaannya
3) Dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas, sehingga dapat diberikan/diawali oleh orang lain.

 Ekonomis
Adalah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan ongkos/biaya yang mahal, tenaga yang banyak, dan waktu yang lama.

Jenis Tes Berdasarkan Fungsinya Sebagai Alat Pengukur Perkembangan Belajar Peserta Didik

1) Tes Seleksi (الإمتحان الإنتخابى)
Adalah yang sering disebut dengan “ujian saringan/ujian masuk”. Tes ini dilaksanakan dalam rangka penerimaan siswa baru, hasil tes ini digunakan untuk memilih calon peserta didik yang paling baik dari sekian banyak calon yang mengikuti tes.
Tes seleksi dapat dilaksanakan secara lisan, secara tertulis dengan tes perbuatan, dan dapat juga ketiga jenis tes ini dilaksanakan secara serempak.
2) Tes Awal (الإمتحان المبدئى)
Sering disebut dengan istilah pre-test. Tes awal adalah tes yang dilaksanakan sebelum bahan pelajaran diberikan kepada peserta didik. Materi tes awal ditekankan pada bahan-bahan penting yang seharusnya sudah diketahui oleh peserta didik sebelum pembelajaran diberikan. Tes jenis ini bertujuan untuk mengetahui sejauh manakah materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan telah dapat dikuasai oleh peserta didik.
3) Tes Akhir (الإمتحان النهائى)
Sering disebut dengan istilah post-test. Tes ini bertujuan untuk mengetahui apakah semua materi pelajaran yang tergolong penting sudah dapat dikuasai dengan baik oleh peserta didik. Materi tes akhir adalah bahan-bahan pelajaran yang tergolong penting, yang telah diajarkan kepada peserta didik, dan biasanya naskah tes akhir dibuat sama dengan naskah tes awal.
4) Tes Formatif (الإمتحان اليومى)
Yaitu tes yang diberikan untuk memonitor kemajuan belajar selama proses pembelajaran berlangsung. Tes ini diberikankan dalam tiap satuan unit pembelajaran.
Manfaat tes formatif bagi peserta didik adalah :
• Untuk mengetahui apakah peserta didik sudah menguasai materi dalam tiap unit pembelajaran.
• Merupakan penguatan bagi peserta didik.
• Merupakan usaha perbaikan bagi siswa, karena dengan tes formatif peserta didik mengetahui kelemahan-kelemahan yang dimilikinya.
• Peserta didik dapat mengetahui bagian dari bahan yang mana yang belum dikuasainya.
5) Tes Summatif (الإمتحان النصف السنوى)
Tes sumatif diberikan dengan maksud untuk mengetahui penguasaan atau pencapaian peserta didik dalam bidang tertentu. Tes sumatif dilaksanakan pada tengah atau akhir semester.

6) Tes Penempatan
Adalah tes yang diberikan dalam rangka menentukan jurusan yang akan dimasuki peserta didik atau kelompok mana yang paling baik ditempati atau dimasuki peserta didik dalam belajar.
7) Tes Diagnosis(الإمتحان الفحصى)
Adalah tes yang digunakan untuk mendiagosis penyebab kesulitan yang dihadapi seseorang baik dari segi intelektual, emosi, fisik dan lain-lain yang mengganggu kegiatan belajarnya.

Jenis Tes Bahasa berdasarkan Tes Bahasa Khusus



Tes Dikte
Tes dikte menyangkut lebih dari satu jenis kemampuan atau komponen bahasa dan menugaskan peserta tes untuk menulis suatu wacana yang dibacakan oleh seorang penyelenggara tes. Dalam penyelenggaraan tes dikte, seorang peserta tes hanya dapat menuliskan apa yang didengarkan dari pemberi dikte dengan benar apabila dia mampu mendengar dan memahami dengan baik wacana yang didiktekan (kemampuan menyimak). Apabila peserta tidak mendengarkan secara utuh, ada kalanya peserta tes menggunakan kemampuan bahasa yang lain berupa kemampuan tata bahasa dan kosakata.

Tes Cloze
Tes cloze bertujuan untuk mengukur tingkat penguasaan kemampuan pragmatik, yaitu kemampuan memahami wacana atas dasar penggunaan kemampuan linguistik dan ekstralinguistik. Pengukuran tingkat penguasaan kemampuan pragmatik itu dilakukan dengan menugaskan peserta tes untuk mengenali, dan untuk mengembalikan seperti aslinya, bagian-bagian suatu wacana yang telah dihilangkan.

Tes Berdasarkan Sasaran Tes

Sasaran Tes Berdasarkan Para Ahli
1. Menurut Kosadi, dkk (1994:23)
(a) memperoleh data tentang tingkat kecepatan dan ketepatan siswa menyerap informasi yang disampaikan
(b) Memperoleh data tentang taraf kemampuan dan ketrampilan berbahasa dan bersastra setelah kegiatan belajar mengajar
(c) Mengukur keampuhan dan ketepatan program pengajaran yang dilaksanakan (d) Memperoleh umpan balik yang akan digunakan sebagai bahan utuk melakukan perubahan dan perbaikan pada program berikutnya
(e) Memperoleh data yang akan digunakan sebagai pedoman pengelompokan siswa sesuai dengan kemampuan dan keterampilan berbahasa
(f) Menentukan taraf, bakat, minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran bahasa dan sastra
(g) Menentukan jurusan/program yang sesuai dengan kemampuan siswa berbahasa
(h) Menentukan perlu tidaknya merencanakan dan melaksanakan pengajaran khusus / pengajaran ulang
(i) Merupakan data laporan terhadap pihak terkait melalui buku raport dan menentukan naik tidaknya atau lulus tidaknya siswa pada suatu program pendidikan .

Tes kemampuan berbahasa terbagi atas empat:
a. Listening
b. Speaking
c. Reading
d. Writing

II. Tes Kemampuan Mendengarkan/ Listening
3 hal yang perlu diperhatikan dalam menunjukan wacana yang akan digunakan untuk bahan tes mendengarkan:
1. Tingkat kesulitan wacana; tingkat kesulitan wacana dapat dilihat dari faktor koakata dan struktur kalimat yang dipergunakan. Tingkat kesulitan wacan ini hendaknya disesuaikan dengan latarbelakabg usia dan pengalaman keseharian siswa.
2. Isi cakupan wacana; wacana yang diteskan hendaknya berisi hal-hal yang netral sehingga sangat memungkinkan adanya kesamaan pandangan terhadap isi masalah itu.
3. Jenis – jenis wacana; (a) pertanyaan atau pernyataan singkat, (b) dialog, (c) ceramah atau piato, (d) pembacaan berita, (e) pembacaan.
Bentuk-bentuk Tes Meyimak
1. Menuliskan kata aku yang disimakkan
2. Menuliskan kata yang mirip bunyi dan berbeda maknanya dalam kalimat
3. Memahami pertanyaan atau pernyataan
4. Mengemukakan kembali isi wacana
5. Menentukan pokok-pokok informasi.
III. Tes Kemampuan Berbicara / Speaking
Komponen-komponen kemampuan berbicara:
1. Penggunaan bahasa lisan yang berfungsi sebagai media pembicaraan, meliputi kosakata, struktur bahasa, lafal dan intonasi, ragam bahasa, dan kesantunan bahasa, keruntunan, dan sebagainya.
2. Pengunaan isi pembicaraan, yang tergantung pada apa yang menjadi topik pembicaraan.
3. Penguasaan teknik dan penampilan berbicara, yang disesuaikan dengan situasi dan jenis pembicaraan, seperti bercakap-cakap, berpidato, berceritera dan sebagainya. Penguasaan teknik penampilan ini penting sekali pada jenis-jenis berbicara formal, seperti berpidato, berceramah atau diskusi.

Tes kemampuan mendengarkan / Listening.
Tes untuk kemampuan mendengarkan harus disampakan secara lisan dan diterima siswa melalui sarana pendengaran. Masalah yang kerap muncul adalah sarana apa yang harus dipergunakan dan bagaimana cara menyampaikan penilaian yang efektif, perlukah kita mempergunakan media rekaman atau langsung disampaikan secara lisan oleh guru sewaktu tes berlangsung.
Kemampuan menyimak diartikan sebagai kemampuan menangkap dan memahami bahasa lisan. Baik wacana yang bersifat monolog ataupun dialog dapat digunakan untuk tes menyimak. 3 hal yang perlu diperhatikan dalam menunjukan wacana yang akan digunakan untuk bahan tes mendengarkan:
1. Tingkat kesulitan wacana; tingkat kesulitan wacana dapat dilihat dari faktor koakata dan struktur kalimat yang dipergunakan. Tingkat kesulitan wacan ini hendaknya disesuaikan dengan latarbelakabg usia dan pengalaman keseharian siswa.
2. Isi cakupan wacana; wacana yang diteskan hendaknya berisi hal-hal yang netral sehingga sangat memungkinkan adanya kesamaan pandangan terhadap isi masalah itu.
3. Jenis – jenis wacana; (a) pertanyaan atau pernyataan singkat, (b) dialog, (c) ceramah atau piato, (d) pembacaan berita, (e) pembacaan satra.
Bentuk-bentuk Tes Meyimak
6. Menuliskan kata aku yang disimakkan
7. Menuliskan kata yang mirip bunyi dan berbeda maknanya dalam kalimat
8. Memahami pertanyaan atau pernyataan
9. Mengemukakan kembali isi wacana
10. Menentukan pokok-pokok informasi.


Tes Kemampuan Berbicara
Kemampuan berbicara merupakan kemampuan produktif yang bersifat terpadu. Produktif artinya pada waktu berbicara orang mengguka bahasa untukmenghasilkan suatu pembicaraan. Terpadu artinya pembicaraan itu terjadi karena penggabungan sejumlah kemampuan yang menjadi komponen kemampuan berbicara.
Komponen-komponen kemampuan berbicara:
4. Penggunaan bahasa lisan yang berfungsi sebagai media pembicaraan, meliputi kosakata, struktur bahasa, lafal dan intonasi, ragam bahasa, dan kesantunan bahasa, keruntunan, dan sebagainya.
5. Pengunaan isi pembicaraan, yang tergantung pada apa yang menjadi topik pembicaraan.
6. Penguasaan teknik dan penampilan berbicara, yang disesuaikan dengan situasi dan jenis pembicaraan, seperti bercakap-cakap, berpidato, berceritera dan sebagainya. Penguasaan teknik penampilan ini penting sekali pada jenis-jenis berbicara formal, seperti berpidato, berceramah atau diskusi.
Tes berbicara bukan hanya berbentuk ujian lisan melainkan juga ujian penampilan. Untuk itu, teknik ujian dibantu oleh teknik observasi, pengujian mengamati, bagaiman teruji berbicara. Ini berlaku pada ujian berbicara yang dilakukan secara langsung. (Nurgiantoro, 1988). Beberapa contoh bentuk tes berbicara dapat dilakukan melalui bentuk sebagai berikut:
1. Berbicara berdasarkan rangsangan visual (gambar, laporan pandangan mata)
2. Wawancara,
3. Bercerita,
4. Berpidato,
5. Berdiskusi,
6. Menceritakan secara lisan,
7. Mengemukakan saran, pendapat, sanggahan, dan
8. Bermain peran.
Aspek-aspek yang dinilai dari tes berbicara yang disajikan adalah kualitas hasil dan tingkat kemampuan penampilan (Weir, 1993:30). Penilaian tersebut mengacu secara umum pada aspek-aspek seperti; ketepatan pilihan kata/ struktur kalimat, kefasihan/ kelancaran, kejelasan dan kesesuaian isi, serta aspek-aspek pragmatik Lainnya.



Vygotsky (1962), keterampilan berbicara seperti ini dibedakan antara berbicara yang diucapkan dan berbicara dalam hati atau hanya ada dalam pikiran anak tersebut.
2. Jenis Tes Bahasa Berdasarkan Sasaran Tes Bahasa
Menurut Djiwandono (2008:114—134), tes bahasa yang berdasarkan sasarannya, yaitu kemampuan atau komponen bahan mana yang dijadikan fokus pengukuran tingkat penguasaan-nya. Tes bahasa dapat dikategorikan sebagai tes yang sasarannya adalah kemampuan bahasa, yaitu (1) tes kemampuan menyimak, (2) tes kemampuan berbicara, (3) tes kemampuan membaca dan (4) tes kemampuan menulis. Tes yang sasarannya komponen bahasa seperti (5) tes kemampuan melafalkan, (6) tes kemampuan kosakata dan (7) tes kemampuan tata bahasa, karena sasaran utamanya adalah tingkat penguasaan kemampuan bahasa, dan tingkat penguasaan melafalkan atau penguasaan tata bahasa dan sebagainya.
a. Tes Kemampuan Menyimak
Sasaran utama tes kemampuan menyimak adalah kemampuan peserta tes untuk memahami isi wacana yang dikomunikasikan secara lisan langsung oleh pembicara, atau sekedar rekaman. Tes kemampuan menyimak dapat dipusatkan pada kemampuan memahami fakta-fakta yang secara eksplisit dinyatakan, termasuk urutan-urutan peristiwa atau kejadian, atau yang hanya dinyatakan secara implisit, mengenali implikasi dari isi teks, mengambil kesimpulan dan lain-lain.
Bagaimanakah eksplisit dan implicit?
b. Tes Kemampuan Berbicara
Tes kemampuan berbicara dimaksudkan untuk mengukur tingkat kemampuan mengungkapkan diri secara lisan. Tingkat kemampuan berbicara ini ditentukan oleh kemampuan untuk mengungkapkan isi pikiran sesuai dengan tujuan dan konteks pembicaraan yang sedang dilakukan, bagaimana isi pikiran disusun sehingga jelas dan mudah dipahami, dan diungkapkan dengan bahasa yang dikemas dalam susunan tata bahasa yang wajar, pilihan kata-kata yang tepat, serta lafal dan intonasi sesuai dengan tujuan dan sifat kegiatan berbicara yang sedang dilakukan.
Richard (1986: 21-28) membagi fungsi berbicara menjadi tiga sebagai
berikut:
(1) Berbicara sebagai interaksi (talk as interaction)
Fungsi berbicara sebagai interaksi mengacu pada kegiatan percakapan
yang biasa dilakukan dan berhubungan dengan fungsi sosial. Fokus
utamanya adalah kepada si penutur dan bagaimana mereka
menunjukkan diri mereka kepada orang lain. Bahasa tuturannya bisa
formal ataupun berupa tuturan yang sering digunakan dalam
percakapan sehari-hari. Beberapa kemampuan yang ikut dilibatkan
dalam kegiatan berbicara sebagai sebuah interaksi, antara lain:
a) membuka dan menutup percakapan;
b) memilih topik;
c) membuat percakapan-percakapan kecil/ringan;
d) bergurau;
e) menceritakan kejadian dan pengalaman pribadi;
f) dilakukan secara bergantian;
g) adanya interupsi/menyela percakapan;
h) bereaksi terhadap satu sama lain;
i) menggunakan gaya berbicara yang sesuai.
13
(2) Berbicara sebagai transaksi (talk as transaction)
Kegiatan berbicara sebagai transaksi lebih memfokuskan kepada pesan
yang ingin disampaikan dalam kegiatan berbicara. Richard (1986: 21-
28). Ada dua tipe dalam kegiatan sebagai sebuah interaksi yaitu:
(a) Kegiatan yang fokus utamanya memberi dan menerima informasi,
dengan kata lain membuat orang lain mengerti dengan jelas dan
akurat terhadap pesan yang disampaikan daripada peserta tutur dan
bagaimana mereka berinteraksi dengan orang lain. Ketepatan
bukannya menjadi fokus utama selama informasi berhasil
dikomunikasikan dan dimengerti.
(b) Kedua adalah kegiatan yang fokus utamanya adalah untuk
memeroleh barang atau jasa, misalnya dalam percakapan seseorang
yang memesan makanan di restoran.
(3) Berbicara sebagai penampilan (talk as performance)
Berbicara sebagai penampilan mengacu pada kegiatan berbicara guna
menyampaikan informasi di depan umum atau peserta. Berbicara
model ini lebih kepada berbicara satu arah daripada dua arah (dialog)
dan lebih terkesan seperti bahasa tulis daripada percakapan. Richard
(1986: 21-28)
Ciri utama kegiatan berbicara sebagai penampilan adalah (a) fokus
pada pesan yang ingin disampaikan dan kepada peserta, (b)
14
mementingkan bentuk dan ketepatan ucapan, (c) bahasa yang
digunakan terkesan seperti bahasa tulis, (d) lebih sering monolog, dan
(e) struktur dan urutannya dapat diprediksikan. Dalam pembelajaran
bahasa, menurut Bygate (1995:5-6) ada dua cara mendasar yang kerap
kita lakukan yang dapat dikategorikan sebagai skill (keterampilan)
yaitu:
1) Motor-perceptive skill yang mencakup mengartikan, menghasilkan,
dan mengucapkan bunyi dan struktur bahasa secara benar.
2) Interaction skill yang mencakup membuat keputusan tentang
sebuah komunikasi misalnya ingin mengungkapkan apa,
bagaimana mengatakannya, mengembangkannya sesuai dengan
yang dimaksudkan oleh orang lain.

Tes Standar dan Tes Buatan Guru

Pengertian tes standar secara sempit adalah tes yang disusun oleh satu tim ahli, atau disusun oleh lembaga yang khusus menyelenggarakan secara professional. Tes tersebut diketahui memenuhi syarat sebagai tes yang baik. Tes ini dapat digunakan dalam waktu yang relatif lama, dapat diterapkan pada beberapa obyek mencakup wilayah yang luas. Untuk mengukur validitas dan reliabilitasnya telah diuji-cobakan beberapa kali sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.[1]
Di antara tes prestasi yang digunakan di sekolah ada yang dinamakan tes prestasi standar. Dalam salah satu  kamus, arti kata ”standar” adalah:
A degree of level of requirement, excellence, or attainment
Standar untuk siswa dapat dimaksudkan sebagai suatu tingkat kemampuan yang harus dimiliki bagi suatu program tertentu. Mungkin standar bagi suatu kursus A berbeda dengan B. Jadi standar ini dapat dibuat “keras” maupun “lunak” tergantung dari yang mempunyai  kebijaksanaan.
Suatu tes standar dengan demikian berbeda dengan tes prestasi biasa.
Prosedur yang digunakan untuk menyusun tes standar untuk tes prestasi melalui cara langsung yang ditumbuhkan dari tes yang digunakan di kelas. Sedangkan spesifikasi yang digunakan untuk menentukan isi dalam tes bakat biasanya didasarkan atas analisis job (jabatan) atau analisis tugas yang merupakan tuntutan calon pekerjaannya. Disamping itu juga mempertimbangkan sifat-sifat yang ada pada manusia. Analisis jabatan analisis tugas yang dilakukan biasanya tidak tidak didasarkan atas satu kurikulum, tetapi diambil dari masyarakat.
Istilah “standar” dalam tes dimaksudkan bahwa semua siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sama dari sejumlah besar pertanyaan dikerjakan dengan menggunakan petunjuk yang sama dan dalam batasan waktu yang sama pula. Dengan demikian maka seolah-olah ada suatu standar atau ukuran sehingga diperoleh suatu standar penampilan (performance) dan penampilan kelompok lain dapat dibandingkan dengan penampilan kelompok standar tersebut.
Istilah “standar” tidak mengandung arti bahwa tes tersebut mengukur apa yang harus dan dapat diajarkan pada suatu tingkat tertentu atau bahwa tes itu menyiapkan suatu standar prestasi dimana siswa harus dan dapat mencapai suatu tingkat tertentu. Sekali lagi, tes standar dipolakan untuk penampilan prestasi sekarang (yang ada) yang dilaksanakan secara seragam, diusahakan dalam kondisi yang seragam, baik itu diberikan kepada siswa dalam pelaksanaan perseorangan maupun siswa sebagai anggota dari suatu kelompok.[2]
  1. Perbandingan Tes Standar dan Tes Buatan Guru.
Tes standar disusun dalam tipe-tipe soal yang sama yang meliputi bahan atau pengetahuan yang sama banyak dengan bahan atau pengetahuan yang dicakup oleh tes buatan guru. Lalu apakah perbedaan antara tes standar dengan tes buatan guru, atau apakah keburukan dan keuntungan tes standar?
Pertama, marilah kita tinjau perbedaan antara tes standar dengan tes buatan guru. Perbedaannya adalah sebagai berikut:
Tes Standar
Tes Buatan Guru
a. Didasarkan atas bahan dan tujuan umum dari sekolah-sekolah di seluruh Negara.
b. Mencakup aspek yang luas dan pengetahuan atau keterampilan dengan hanya sedikit butir tes untuk setiap keterampilan atau topik.
c. Disusun dengan kelengkapan staf profesor, pembahas, dan editor butir tes.
d. Menggunakan butir tes yang sudah diujicobakan (try out), dianalisis dan direvisi sebelum menjadi sebuah tes.
e. Mempunyai reliabilitas yang tinggi.
f. Dimungkinkan menggunakan norma untuk seluruh Negara.
a. Didasarkan atas bahan dan tujuan khusus yang dirumuskan oleh guru untuk kelasnya sendiri.
b. Dapat terjadi hanya mencakup pengetahuan atau keterampilan yang sempit.
c. Biasanya disusun sendiri oleh guru dengan sedikit atau tanpa bantuan orang lain/tenaga ahli.
d. Jarang menggunakan butir tes yang sudah diujicobakan, dianalisis dan direvisi.
e. Mempunyai reliabilitas sedang atau rendah.
f. Norma kelompok terbatas kelas tertentu.
Kedua, untuk menyusun tes standar, diutuhkan waktu yang lama. Seperti disebutkan ahwa untuk memperoleh sebuah tes standar melalui prosedur:
o       Penyusunan;
o       Uji coba;
o       Analisa;
o       Revisi;
o       Edit.
Kelima kegiatan ini membutuhkan waktu lama.[3]
  1. Kegunaan Tes Standar dan Tes Buatan Guru.
a.       Kegunaan Tes Standar
Secara singkat dapat dikemukakan bahwa kegunaan tes standar adalah:
a)      Jika ingin membuat perbandingan,
b)      Jika banyak orang yang akan memasuki suatu sekolah tetapi tidak tersedia data tentang calon ini.
Secara garis besar kegunaan tes standar adalah:
                                       i.      Membandingkan prestasi belajar dengan pembawaan individu atau kelompok.
                                     ii.      Membandingkan tingkat prestasi siswa dalam keterampilan di berbagai bidang studi untuk individu atau kelompok.
                                    iii.      Membandingkan prestasi siswa antara berbagai sekolah atau kelas.
                                   iv.      Mempelajari perkembangan siswa dalam suatu periode waktu tertentu.
b.      Kegunaan Tes Buatan Guru
Secara singkat dapat dikemukakan bahwa kegunaan tes buatan guru adalah:
                                       i.      Untuk menentukan seberapa baik siswa telah menguasai bahan pelajaran yang diberikan dalam waktu tertentu.
                                     ii.      Untuk menentukan apakah sesuatu tujuan telah tercapai.
                                    iii.      Untuk memperoleh suatu nilai.
Selanjutnya baik tes standar dan tes buatan guru dianjurkan dipakai jika hasilnya akan digunakan untuk:
a)      Mengadakan diagnosis terhadap ketidakmampuan siswa.
b)      Menentukan tempat siswa dalam suatu kelas atau kelompok.
c)      Memberikan bimbingan kepada siswa dalam pendidikan dan pemilihan jurusan.
d)      Memilih siswa untuk program-program khusus.[4]
  1. Kelengkapan Tes Standar
Sebuah tes yang sudah distandardisasikan dan sudah dapat disebut sebagai tes standar, biasanya dilengkapi dengan sebuah manual. Manual ini memuat keterangan-keterangan atau petunjuk-petunjuk yang perlu terutama yang menjelaskan tentang pelaksanaan, menskor, dan mengadakan interpretasi.
Secara garis besar manual tes standar ini memuat:
a.      Ciri-ciri mengenai tes, misalnya menyebutkan tingkat validitas, tingkat reliabilitas dan sebagainya.
b.      Tujuan serta keuntungan-keuntungan dari tes
Misalnya yang disebutkan untuk siapa tes tersebut diberikan dan untuk tujuan apa.
c.       Proses standardisasi tes
Misalnya mengenai hal-hal yang berhubungan dengan sampel.
- Besarnya sampel,
- Teknik sampling,
- Kelompok mana yang diambil sebagai sampel (sifat sampel).
Juga mengenai taraf kepercayaan yang diambil dan bagaimana kaitannya dengan hasil tes.


d.      Petunjuk-petunjuk tentang cara melaksanakan tes
Misalnya: dilaksanakan dengan lisan atau tertulis, waktu yang digunakan untuk mengerjakan setiap bagian, boleh tidaknya tercoba keluar jika sudah selesai mengerjakan soal itu dan sebagainya.
e.       Petunjuk-petunjuk bagaimana cara menskor
Misalnya: untuk beberapa skor tiap-tiap soal/unit, menggunakan sistem hukuman atau tidak, bagaimana cara menghitung nilai akhir dan sebagainya.
f.        Petunjuk-petunjuk untuk menginterpretasikan hasil
Misalnya:
- Betul nomor sekian sampai sekian cocok untuk jabatan kepala seksi,
- Betul nomor sekian saja, cocok untuk jabatan guru dan sebagainya.
g.      Saran-saran lain
Misalnya: siapa harus menjadi pengawas, bagaimana seandainya tidak ada calon yang mencapai skor tertentu dan sebagainya.

Hakekat Bahasa dan Fungsinya

Hakekat bahasa sama pengertiannya dengan ciri atau sifat hakiki terhadap bahasa. Chaer (1994:33) mengemukakan hakekat bahasa itu di antaranya adalah sebagai berikut.

Bahasa sebagai sistem

Kata sistem dalam keilmuan dapat dipahami sebagai susunan yang teratur, berpola, membentuk suatu keseluruhan yang bermakna atau berfungsi. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa bahasa memiliki sifat yang teratur, berpola, memiliki makna dan fungsi. Sistematis diartikan pula bahwa bahasa itu tersusun menurut suatu pola, tidak tersusun acak. Karenanya, sebagai sebuah sitem, bahasa juga sistemik. Sistematik atau sistematis maksudnya bahasa itu bukan merupakan sistem tunggal, tetapi juga terdiri atas sub-subsistem atau sistem bawahan. Di sini dapat disebutkan subsistem-subsistem itu antara lain; subsistem fonologi, subsistem morfologi, subsistem sintaksis, subsistem semantik. Maka, sebagai sebuah sistem, bahasa berfungsi untuk memilah kajian morfologi, fonologi, sintaksi, dan semantik.

Bahasa itu berwujud lambang

Ungkapan lambang tentu sudah sering kita dengar, semisal ungkapan “merah lambang berani dan putih lambang suci”. Dalam bidang ilmu, istilah lambang berada dalam kajian semiotika atau semiologi. Bahasa sebagai lambang, di dalamnya ada tanda, sinyal, gejala, gerak isyarat, kode, indeks, dan ikon. Lambang sendiri sering disamakan dengan simbol. Dengan demikian, bahasa sebagai lambang artinya memiliki simbol untuk menyampaikan pesan kepada lawan tutur. Ia berfungsi untuk menegaskan bahasa yang hendak disampaikan.

Bahasa itu adalah bunyi

Kata bunyi berbeda dengan kata suara. Menurut Kridaklaksana (1983:27) bunyi adalah pesan dari pusat saraf sebagai akibat dari gendang telinga yang bereaksi karena perubahan-perubahan dalam tekanan udara. Karena itu, banyak ahli menyatakan bahwa yang disebut bahasa itu adalah yang sifatnya primer, dapat diucapkan dan menghasilkan bunyi. Dengan demikian, bahasa tulis adalah bahasa skunder yang sifatnya berupa rekaman dari bahasa lisan, yang apabila dibacakan/dilafalkan tetap melahirkan bunyi juga. Sebagai bunyi, bahasa berfungsi untuk menyampaikan pesan lambang dari kebahasaan sebagaimana disebutkan di atas bahwa bahasa juga bersifat lambang.

Bahasa itu bermakna

Bahasa sebagai suatu hal yang bermakna erat kaitannya dengan sistem lambang bunyi. Oleh sebab bahasa itu dilambangkan dengan suatu pengertian, suatu konsep, suatu ide, atau suatu pikiran, yang hendak disampaikan melalui wujud bunyi tersebut, maka bahasa itu dapat dikatakan memiliki makna. Lambang bunyi bahasa yang bermakna itu, dalam bahasa berupa satuan-satuan bahasa yang berwujud morfem, kata, frasa, klausa, kalimat, dan wacana.

Bahasa itu arbitrer

Arbitrer dapat diartikan ‘sewenang-wenang, berubah-ubah, tidak tetap, mana suka’. Arbitrer diartikan pula dengan tidak adanya hubungan wajib antara lambang bahasa (yang berwujud bunyi) dengan konsep atau pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut. Hal ini berfungsi untuk memudahkan orang dalam melakukan tindakan kebahasaan.

Bahasa itu unik

Bahasa dikatakan memiliki sifat yang unik karena setiap bahasa memiliki ciri khas sendiri yang dimungkinkan tidak dimiliki oleh bahasa yang lain. Ciri khas ini menyangkut sistem bunyi, sistem pembentukan kata, sistem pembentukan kalimat dan sistem-sistem lainnya. Di antara keunikan yang dimiliki bahasa bahwa tekanan kata bersifat morfemis, melainkan sintaksis. Bahasa bersfiat unik berfungsi untuk membedakan antara bahasa yang satu dengan lainnya.

Bahasa itu universal

Selain unik dengan ciri-ciri khas tersendiri, setiap bahasa juga dimungkinkan memiliki ciri yang sama untuk beberapa kategori. Hal ini bisa dilihat pada fungsi dan beberapa sifat bahasa. Karena bahasa itu bersifta ujaran, ciri yang paling umum dimiliki oleh setiap bahasa itu adalah memiliki vokal dan konsonan. Namun, beberapa vokal dan konsonan pada setiap bahasa tidak selamanya menjadi persoalan keunikan. Bahasa Indonesia misalnya, memiliki 6 buah vokal dan 22 konsonan, tetapi bahasa Arab memiliki 3 buah vokal pendek, 3 buah vokal panjang, serta 28 konsonan (Al-Khuli, 1982:321). Oleh sifatnya yang universal ini, bahasa memiliki fungsi yang sangat umum dan menyeluruh dalam tindakan komunikasi.

Bahasa itu manusiawi

Bahasa yang manusiawi adalah bahasa yang lahir alami oleh manusia penutur bahasa dimaksud. Hal ini karena pada binatang belum tentu ada bahasa meskipun binatang dapat berkomunikasi. Sifat ini memiliki fungsi sebagai citra bahasa adalah sangat baik dalam komunikasi.

Bahasa itu bervariasi

Setiap masyarakat bahasa pasti memiliki variasi atau ragam dalam bertutur. Bahasa Aceh misalnya, antara penutur bahasa Aceh bagi masyarakat Aceh Barat dengan masyarakat Aceh di Aceh Utara memiliki variasi. Variasi bahasa dapat terjadi secara idiolek, dialek, kronolek, sosiolek, dan fungsiolek.

Bahasa itu dinamis

Hampir di setiap tindakan manusia selalu menggunakan bahasa. Bahkan, dalam bermimpi pun, manusia menggunakan bahasa. Karena setiap tindakan manusia sering berubah-ubah seiring perubahan zaman yang diikuti oleh perubahan pola pikir manusia, bahasa yang digunakan pun kerap memiliki perubahan. Inilah yang dimaksud dengan dinamis. Dengan kata lain, bahasa tidak statis, tetapi akan terus berubah mengikuti kebutuhan dan tuntutan pemakai bahasa.

Bahasa sebagai alat interakasi sosial

Bahasa sebagai alat interaksi sosial sangat jelas fungsinya, yakni dalam interaksi, manusia memang tidak dapat terlepas dari bahasa. Seperti dijelaskan di atas, hampir di setiap tindakan manusia tidak terlepas dari bahasa, maka salah satu hakekat bahasa adalah alat komunikasi dalam bergaul sehari-hari.

Bahasa sebagai identitas diri

Bahasa juga dapat menjadi identitas diri pengguna bahasa tersebut. Hal ini disebabkan bahasa juga menjadi cerminan dari sikap seseorang dalam berinteraksi. Sebagai identitas diri, bahasa akan menjadi penunjuk karakter pemakai bahasa tersebut.

Sementara itu, Brown dan Yule (1996:1) berpendapat bahwa bahasa itu dapat berfungsi sebagai pengungkapan isi yang dideskripsikan menjadi fungsi transaksisional dan sebagai pengungkapan hubungan sosial dan sikap-sikap pribadi yang dideskripsikannya menjadi fungsi interaksional.
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Oguri Vieno - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger