Featured Post Today
print this page
Latest Post

Buku Sekolah Elektronik (BSE) Bahasa Inggris SMA Kelas 10

Bagi siswa SMA (Sekolah Menengah Atas) atau MA (Madrasah Aliyah) Kelas 10, dulu dikenal kelas 1 SMU/Aliyah/Sederajat, sillahkan download Buku Sekolah Elektronik (BSE) Bahasa Inggris SMA/MA Kelas 10 untuk meningkatkan kemampuan bahasa Inggris kalian:
Bahasa Inggris
Developing English Competencies
Pengarang : Ahmad Doddy, Ahmat sugeng, Effendi
Penerbit : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Tahun : 2008
Download (1,928 M)



Bahasa Inggris
Interlanguage

Pengarang : Joko Priyana, Virga Renitasari, A.R. irjayani
Penerbit : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Tahun : 2008
Download (10,642 MB)


Ciri-ciri Penelitian Kualitatif


Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan  dari orang-orang  dan prilaku yang dapat  diamati, demikianlah pendapat  Bogdan dan Guba, sementara itu Kirk dam Miller  mendefinisikan penelitian kualitatif  sebagai tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusiaa dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya. Fraenkel danWallen menyatakan bahwa penelitian yang mengkaji kualitas hubungan, kegiatan, situasi, atau material disebut penelitian kualitatif, dengan penekanan kuat pada deskripsi menyeluruh dalam menggambarkan rincian segala sesuatu yang terjadi pada suatu kegiatan atau situasi tertentu.

Ciri- ciri pokok Penelitian Kualitatif
1Naturalistic inquiryMempelajari situasi dunia nyata secara alamiah, tidak melakukan manipulasi,; terbuka pada apapun yang timbul.
2Inductive analysisMendalami rincian dan kekhasan data guna menemukan  kategori, dimensi, dan kesaling hubungan.
3Holistic perspectiveSeluruh gejala yang dipelajari dipahami sebagai sistem yang kompleks lebih dari sekedar penjumlahan bagian-bagiannya.
4Qualitative dataDeskripsi terinci, kajian/inkuiri dilakukan secara mendalam.
5Personal contact and insightPeneliti punya hubungan langsung dan bergaul erat dengan orang-orang, situasi dan gejala yang sedang dipelajari.
6Dynamic systemsMemperhatikan proses; menganggap perubahan bersifat konstan dan terus berlangsung baik secara individu maupun budaya secara keseluruhan
7Unique case orientationMenganggap setiap kasus bersifat khusus dan khas
8Context SensitivityMenempatkan temuan dalam konteks sosial, historis dan waktu
9Emphatic NetralityPenelitian dilakukan secara netral agar obyektif tapi bersifat empati
10design flexibilityDesain penelitiannya bersifat fleksibel, terbuka beradaptasi sesuai perubahan yang terjadi (tidak bersifat kaku)

Perbedaan Kualitatif Dan Kuantitatif

Ada perbedaan mendasar antara peran landasan teori dalam penelitian kuantitatif dengan penelitian kualitatif. Apa saja Perbedaan Kualitatif Dan Kuantitatif? Berikut adalah tabel singkat perbedaan kedua metode penelitian ini.

Dalam penelitian kuantitatif, penelitian berangkat dari teori menuju data, dan berakhir pada penerimaan atau penolakan terhadap teori yang digunakan.

Sedangkan dalam penelitian kualitatif peneliti bertolak dari data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas, dan berakhir dengan suatu “teori”.

Berikut adalah perbedaan kedua metode tersebut selengkapnya:

NoKualitatifKuantitatif
1Penelitian kualitatif disebut juga penelitian naturalistik, interpretatif, konstruktivis, naturalistik-etnografik, pendekatan fenomenologis dan penelitian dengan pola pencarian dari dalamPenelitian kuantitatif disebut juga penelitan rasionalistik, fungional, positivisme, dan penelitan dengan pola pencarian kebenaran dari luar
2memulai kegiatannya dengan konsep-konsep yang sangat umum, kemudian selama penelitian, konsep-konsep yang sangat umum itu diubah-ubah dan direvisi sampai bertemu dengan kesimpulan yang sangat kuat. Dengan kata lain, variabel ditemukan dan dirumuskan kembali, bukan di awal.mengisolasi variabel-variabel dan kemudian menghubungkannya dalam hipotesis. Selanjutnya menguji hipotesis itu dengan data yang dikumpulkan.
3variabel merupakan produk penelitian yang ditemukan kemudian.variabel-variabel menjadi alat atau komponen utama dalam melakukan analisis
4penelitian kualitatif menggunakan lensa besar dan menampak serta memperhatikan pola-pola saling berhubungan antara berbagai variabel yang sebelumnya belum pernah ditemukan. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan holistik, menyeluruh.penelitian kuantitatif memandang melalui lensa kecil, melihat dan memilih serta memperhatikannya hanya beberapa buah variabel saja.
5Penelitian kualitatif menjadikan peneliti sendiri sebagai instrumen penelitian untuk mengumpulkan data atau informasi. Peneliti diminta luwes dan mampu membuat atau memberikan pandangan sendiri atas hal-hal atau fenomena-fenomena yang dilihatnya.penelitian kuantitatif menggunakan instrumen yang ditentukan terlebih dahulu, dan instrumennya sangat tidak fleksibel dan juga tidak reflektif yaitu tidak mengandung interpretasi.
6penelitian kualitatif masalah penelitian tidak dapat di formulasikan secara jelas dan jawaban dari responden juga sangat kompleks, sehingga wawancara mendalam mungkin sangat efektif dalam pengumpulan data.Penelitian kuantitatif menuntut jawaban yang pasti, jelas, tidak ambigu, dan oleh karena itu instrumen dalam bentuk kuesioner mungkin sangat tepat dalam pengumpulan data.
7Penelitian kualitatif tertarik dengan konsep-konsep, bukan berapa kalinya sesuatu.penelitian kuantitatif bermain dengan angka-angka, yaitu mengkuantifikasi sampel terhadap populasi, dan mengangkakan karakteristik variabel-variabel penelitian.

Nah, semoga informasi tentang Perbedaan Kualitatif Dan Kuantitatif di atas bermanfaat untuk Anda yang sedang melakukan penelitian.

Ciri-ciri Tes Yang Baik

Sebuah tes dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur harus memenuhi persyaratan tes, yaitu memiliki :
 Validitas
Sebuah data atau informasi dapat dikatakan valid apabila sesuai dengan keadaan sebenarnya. Jika data yang dihasilkan dari sebuah instrumen valid, maka dapat dikatakan bahwa instrumen tersebut valid, karena dapat memberikan gambaran tentang data secara benar sesuai dengan kenyataan/keadaan sesungguhnya. Sebuah tes disebut valid apabila tes itu dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur.
 Reliabilitas
Reliabilitas sebagai alat ukut yang hasil pengukurannya digunakan untuk membuat berbagai keputusan terpenting. Sebuah tes dikatakan reliabilitas apabila skor yang dihasilkan hasil pengukuran kosisten, tidak berubah-ubah, dapat dipercaya karena tetap dan tidak berubah secara mencolok.
 Objektivitas
Objektif berarti tidak adanya unsur pribadi yang mempengaruhi. Lawan dari objektif adalah subjektif, artinya terdapat unsur pribadi yang mempengaruhi. Sebuah tes dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam melaksanakan tes itu tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhi.
 Praktikabilitas
Tes yang praktis adalah tes yang :
1) Mudah dilaksanakan
2) Mudah pemeriksaannya
3) Dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas, sehingga dapat diberikan/diawali oleh orang lain.

 Ekonomis
Adalah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan ongkos/biaya yang mahal, tenaga yang banyak, dan waktu yang lama.

Jenis Tes Berdasarkan Fungsinya Sebagai Alat Pengukur Perkembangan Belajar Peserta Didik

1) Tes Seleksi (الإمتحان الإنتخابى)
Adalah yang sering disebut dengan “ujian saringan/ujian masuk”. Tes ini dilaksanakan dalam rangka penerimaan siswa baru, hasil tes ini digunakan untuk memilih calon peserta didik yang paling baik dari sekian banyak calon yang mengikuti tes.
Tes seleksi dapat dilaksanakan secara lisan, secara tertulis dengan tes perbuatan, dan dapat juga ketiga jenis tes ini dilaksanakan secara serempak.
2) Tes Awal (الإمتحان المبدئى)
Sering disebut dengan istilah pre-test. Tes awal adalah tes yang dilaksanakan sebelum bahan pelajaran diberikan kepada peserta didik. Materi tes awal ditekankan pada bahan-bahan penting yang seharusnya sudah diketahui oleh peserta didik sebelum pembelajaran diberikan. Tes jenis ini bertujuan untuk mengetahui sejauh manakah materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan telah dapat dikuasai oleh peserta didik.
3) Tes Akhir (الإمتحان النهائى)
Sering disebut dengan istilah post-test. Tes ini bertujuan untuk mengetahui apakah semua materi pelajaran yang tergolong penting sudah dapat dikuasai dengan baik oleh peserta didik. Materi tes akhir adalah bahan-bahan pelajaran yang tergolong penting, yang telah diajarkan kepada peserta didik, dan biasanya naskah tes akhir dibuat sama dengan naskah tes awal.
4) Tes Formatif (الإمتحان اليومى)
Yaitu tes yang diberikan untuk memonitor kemajuan belajar selama proses pembelajaran berlangsung. Tes ini diberikankan dalam tiap satuan unit pembelajaran.
Manfaat tes formatif bagi peserta didik adalah :
• Untuk mengetahui apakah peserta didik sudah menguasai materi dalam tiap unit pembelajaran.
• Merupakan penguatan bagi peserta didik.
• Merupakan usaha perbaikan bagi siswa, karena dengan tes formatif peserta didik mengetahui kelemahan-kelemahan yang dimilikinya.
• Peserta didik dapat mengetahui bagian dari bahan yang mana yang belum dikuasainya.
5) Tes Summatif (الإمتحان النصف السنوى)
Tes sumatif diberikan dengan maksud untuk mengetahui penguasaan atau pencapaian peserta didik dalam bidang tertentu. Tes sumatif dilaksanakan pada tengah atau akhir semester.

6) Tes Penempatan
Adalah tes yang diberikan dalam rangka menentukan jurusan yang akan dimasuki peserta didik atau kelompok mana yang paling baik ditempati atau dimasuki peserta didik dalam belajar.
7) Tes Diagnosis(الإمتحان الفحصى)
Adalah tes yang digunakan untuk mendiagosis penyebab kesulitan yang dihadapi seseorang baik dari segi intelektual, emosi, fisik dan lain-lain yang mengganggu kegiatan belajarnya.

Jenis Tes Bahasa berdasarkan Tes Bahasa Khusus



Tes Dikte
Tes dikte menyangkut lebih dari satu jenis kemampuan atau komponen bahasa dan menugaskan peserta tes untuk menulis suatu wacana yang dibacakan oleh seorang penyelenggara tes. Dalam penyelenggaraan tes dikte, seorang peserta tes hanya dapat menuliskan apa yang didengarkan dari pemberi dikte dengan benar apabila dia mampu mendengar dan memahami dengan baik wacana yang didiktekan (kemampuan menyimak). Apabila peserta tidak mendengarkan secara utuh, ada kalanya peserta tes menggunakan kemampuan bahasa yang lain berupa kemampuan tata bahasa dan kosakata.

Tes Cloze
Tes cloze bertujuan untuk mengukur tingkat penguasaan kemampuan pragmatik, yaitu kemampuan memahami wacana atas dasar penggunaan kemampuan linguistik dan ekstralinguistik. Pengukuran tingkat penguasaan kemampuan pragmatik itu dilakukan dengan menugaskan peserta tes untuk mengenali, dan untuk mengembalikan seperti aslinya, bagian-bagian suatu wacana yang telah dihilangkan.

Tes Berdasarkan Sasaran Tes

Sasaran Tes Berdasarkan Para Ahli
1. Menurut Kosadi, dkk (1994:23)
(a) memperoleh data tentang tingkat kecepatan dan ketepatan siswa menyerap informasi yang disampaikan
(b) Memperoleh data tentang taraf kemampuan dan ketrampilan berbahasa dan bersastra setelah kegiatan belajar mengajar
(c) Mengukur keampuhan dan ketepatan program pengajaran yang dilaksanakan (d) Memperoleh umpan balik yang akan digunakan sebagai bahan utuk melakukan perubahan dan perbaikan pada program berikutnya
(e) Memperoleh data yang akan digunakan sebagai pedoman pengelompokan siswa sesuai dengan kemampuan dan keterampilan berbahasa
(f) Menentukan taraf, bakat, minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran bahasa dan sastra
(g) Menentukan jurusan/program yang sesuai dengan kemampuan siswa berbahasa
(h) Menentukan perlu tidaknya merencanakan dan melaksanakan pengajaran khusus / pengajaran ulang
(i) Merupakan data laporan terhadap pihak terkait melalui buku raport dan menentukan naik tidaknya atau lulus tidaknya siswa pada suatu program pendidikan .

Tes kemampuan berbahasa terbagi atas empat:
a. Listening
b. Speaking
c. Reading
d. Writing

II. Tes Kemampuan Mendengarkan/ Listening
3 hal yang perlu diperhatikan dalam menunjukan wacana yang akan digunakan untuk bahan tes mendengarkan:
1. Tingkat kesulitan wacana; tingkat kesulitan wacana dapat dilihat dari faktor koakata dan struktur kalimat yang dipergunakan. Tingkat kesulitan wacan ini hendaknya disesuaikan dengan latarbelakabg usia dan pengalaman keseharian siswa.
2. Isi cakupan wacana; wacana yang diteskan hendaknya berisi hal-hal yang netral sehingga sangat memungkinkan adanya kesamaan pandangan terhadap isi masalah itu.
3. Jenis – jenis wacana; (a) pertanyaan atau pernyataan singkat, (b) dialog, (c) ceramah atau piato, (d) pembacaan berita, (e) pembacaan.
Bentuk-bentuk Tes Meyimak
1. Menuliskan kata aku yang disimakkan
2. Menuliskan kata yang mirip bunyi dan berbeda maknanya dalam kalimat
3. Memahami pertanyaan atau pernyataan
4. Mengemukakan kembali isi wacana
5. Menentukan pokok-pokok informasi.
III. Tes Kemampuan Berbicara / Speaking
Komponen-komponen kemampuan berbicara:
1. Penggunaan bahasa lisan yang berfungsi sebagai media pembicaraan, meliputi kosakata, struktur bahasa, lafal dan intonasi, ragam bahasa, dan kesantunan bahasa, keruntunan, dan sebagainya.
2. Pengunaan isi pembicaraan, yang tergantung pada apa yang menjadi topik pembicaraan.
3. Penguasaan teknik dan penampilan berbicara, yang disesuaikan dengan situasi dan jenis pembicaraan, seperti bercakap-cakap, berpidato, berceritera dan sebagainya. Penguasaan teknik penampilan ini penting sekali pada jenis-jenis berbicara formal, seperti berpidato, berceramah atau diskusi.

Tes kemampuan mendengarkan / Listening.
Tes untuk kemampuan mendengarkan harus disampakan secara lisan dan diterima siswa melalui sarana pendengaran. Masalah yang kerap muncul adalah sarana apa yang harus dipergunakan dan bagaimana cara menyampaikan penilaian yang efektif, perlukah kita mempergunakan media rekaman atau langsung disampaikan secara lisan oleh guru sewaktu tes berlangsung.
Kemampuan menyimak diartikan sebagai kemampuan menangkap dan memahami bahasa lisan. Baik wacana yang bersifat monolog ataupun dialog dapat digunakan untuk tes menyimak. 3 hal yang perlu diperhatikan dalam menunjukan wacana yang akan digunakan untuk bahan tes mendengarkan:
1. Tingkat kesulitan wacana; tingkat kesulitan wacana dapat dilihat dari faktor koakata dan struktur kalimat yang dipergunakan. Tingkat kesulitan wacan ini hendaknya disesuaikan dengan latarbelakabg usia dan pengalaman keseharian siswa.
2. Isi cakupan wacana; wacana yang diteskan hendaknya berisi hal-hal yang netral sehingga sangat memungkinkan adanya kesamaan pandangan terhadap isi masalah itu.
3. Jenis – jenis wacana; (a) pertanyaan atau pernyataan singkat, (b) dialog, (c) ceramah atau piato, (d) pembacaan berita, (e) pembacaan satra.
Bentuk-bentuk Tes Meyimak
6. Menuliskan kata aku yang disimakkan
7. Menuliskan kata yang mirip bunyi dan berbeda maknanya dalam kalimat
8. Memahami pertanyaan atau pernyataan
9. Mengemukakan kembali isi wacana
10. Menentukan pokok-pokok informasi.


Tes Kemampuan Berbicara
Kemampuan berbicara merupakan kemampuan produktif yang bersifat terpadu. Produktif artinya pada waktu berbicara orang mengguka bahasa untukmenghasilkan suatu pembicaraan. Terpadu artinya pembicaraan itu terjadi karena penggabungan sejumlah kemampuan yang menjadi komponen kemampuan berbicara.
Komponen-komponen kemampuan berbicara:
4. Penggunaan bahasa lisan yang berfungsi sebagai media pembicaraan, meliputi kosakata, struktur bahasa, lafal dan intonasi, ragam bahasa, dan kesantunan bahasa, keruntunan, dan sebagainya.
5. Pengunaan isi pembicaraan, yang tergantung pada apa yang menjadi topik pembicaraan.
6. Penguasaan teknik dan penampilan berbicara, yang disesuaikan dengan situasi dan jenis pembicaraan, seperti bercakap-cakap, berpidato, berceritera dan sebagainya. Penguasaan teknik penampilan ini penting sekali pada jenis-jenis berbicara formal, seperti berpidato, berceramah atau diskusi.
Tes berbicara bukan hanya berbentuk ujian lisan melainkan juga ujian penampilan. Untuk itu, teknik ujian dibantu oleh teknik observasi, pengujian mengamati, bagaiman teruji berbicara. Ini berlaku pada ujian berbicara yang dilakukan secara langsung. (Nurgiantoro, 1988). Beberapa contoh bentuk tes berbicara dapat dilakukan melalui bentuk sebagai berikut:
1. Berbicara berdasarkan rangsangan visual (gambar, laporan pandangan mata)
2. Wawancara,
3. Bercerita,
4. Berpidato,
5. Berdiskusi,
6. Menceritakan secara lisan,
7. Mengemukakan saran, pendapat, sanggahan, dan
8. Bermain peran.
Aspek-aspek yang dinilai dari tes berbicara yang disajikan adalah kualitas hasil dan tingkat kemampuan penampilan (Weir, 1993:30). Penilaian tersebut mengacu secara umum pada aspek-aspek seperti; ketepatan pilihan kata/ struktur kalimat, kefasihan/ kelancaran, kejelasan dan kesesuaian isi, serta aspek-aspek pragmatik Lainnya.



Vygotsky (1962), keterampilan berbicara seperti ini dibedakan antara berbicara yang diucapkan dan berbicara dalam hati atau hanya ada dalam pikiran anak tersebut.
2. Jenis Tes Bahasa Berdasarkan Sasaran Tes Bahasa
Menurut Djiwandono (2008:114—134), tes bahasa yang berdasarkan sasarannya, yaitu kemampuan atau komponen bahan mana yang dijadikan fokus pengukuran tingkat penguasaan-nya. Tes bahasa dapat dikategorikan sebagai tes yang sasarannya adalah kemampuan bahasa, yaitu (1) tes kemampuan menyimak, (2) tes kemampuan berbicara, (3) tes kemampuan membaca dan (4) tes kemampuan menulis. Tes yang sasarannya komponen bahasa seperti (5) tes kemampuan melafalkan, (6) tes kemampuan kosakata dan (7) tes kemampuan tata bahasa, karena sasaran utamanya adalah tingkat penguasaan kemampuan bahasa, dan tingkat penguasaan melafalkan atau penguasaan tata bahasa dan sebagainya.
a. Tes Kemampuan Menyimak
Sasaran utama tes kemampuan menyimak adalah kemampuan peserta tes untuk memahami isi wacana yang dikomunikasikan secara lisan langsung oleh pembicara, atau sekedar rekaman. Tes kemampuan menyimak dapat dipusatkan pada kemampuan memahami fakta-fakta yang secara eksplisit dinyatakan, termasuk urutan-urutan peristiwa atau kejadian, atau yang hanya dinyatakan secara implisit, mengenali implikasi dari isi teks, mengambil kesimpulan dan lain-lain.
Bagaimanakah eksplisit dan implicit?
b. Tes Kemampuan Berbicara
Tes kemampuan berbicara dimaksudkan untuk mengukur tingkat kemampuan mengungkapkan diri secara lisan. Tingkat kemampuan berbicara ini ditentukan oleh kemampuan untuk mengungkapkan isi pikiran sesuai dengan tujuan dan konteks pembicaraan yang sedang dilakukan, bagaimana isi pikiran disusun sehingga jelas dan mudah dipahami, dan diungkapkan dengan bahasa yang dikemas dalam susunan tata bahasa yang wajar, pilihan kata-kata yang tepat, serta lafal dan intonasi sesuai dengan tujuan dan sifat kegiatan berbicara yang sedang dilakukan.
Richard (1986: 21-28) membagi fungsi berbicara menjadi tiga sebagai
berikut:
(1) Berbicara sebagai interaksi (talk as interaction)
Fungsi berbicara sebagai interaksi mengacu pada kegiatan percakapan
yang biasa dilakukan dan berhubungan dengan fungsi sosial. Fokus
utamanya adalah kepada si penutur dan bagaimana mereka
menunjukkan diri mereka kepada orang lain. Bahasa tuturannya bisa
formal ataupun berupa tuturan yang sering digunakan dalam
percakapan sehari-hari. Beberapa kemampuan yang ikut dilibatkan
dalam kegiatan berbicara sebagai sebuah interaksi, antara lain:
a) membuka dan menutup percakapan;
b) memilih topik;
c) membuat percakapan-percakapan kecil/ringan;
d) bergurau;
e) menceritakan kejadian dan pengalaman pribadi;
f) dilakukan secara bergantian;
g) adanya interupsi/menyela percakapan;
h) bereaksi terhadap satu sama lain;
i) menggunakan gaya berbicara yang sesuai.
13
(2) Berbicara sebagai transaksi (talk as transaction)
Kegiatan berbicara sebagai transaksi lebih memfokuskan kepada pesan
yang ingin disampaikan dalam kegiatan berbicara. Richard (1986: 21-
28). Ada dua tipe dalam kegiatan sebagai sebuah interaksi yaitu:
(a) Kegiatan yang fokus utamanya memberi dan menerima informasi,
dengan kata lain membuat orang lain mengerti dengan jelas dan
akurat terhadap pesan yang disampaikan daripada peserta tutur dan
bagaimana mereka berinteraksi dengan orang lain. Ketepatan
bukannya menjadi fokus utama selama informasi berhasil
dikomunikasikan dan dimengerti.
(b) Kedua adalah kegiatan yang fokus utamanya adalah untuk
memeroleh barang atau jasa, misalnya dalam percakapan seseorang
yang memesan makanan di restoran.
(3) Berbicara sebagai penampilan (talk as performance)
Berbicara sebagai penampilan mengacu pada kegiatan berbicara guna
menyampaikan informasi di depan umum atau peserta. Berbicara
model ini lebih kepada berbicara satu arah daripada dua arah (dialog)
dan lebih terkesan seperti bahasa tulis daripada percakapan. Richard
(1986: 21-28)
Ciri utama kegiatan berbicara sebagai penampilan adalah (a) fokus
pada pesan yang ingin disampaikan dan kepada peserta, (b)
14
mementingkan bentuk dan ketepatan ucapan, (c) bahasa yang
digunakan terkesan seperti bahasa tulis, (d) lebih sering monolog, dan
(e) struktur dan urutannya dapat diprediksikan. Dalam pembelajaran
bahasa, menurut Bygate (1995:5-6) ada dua cara mendasar yang kerap
kita lakukan yang dapat dikategorikan sebagai skill (keterampilan)
yaitu:
1) Motor-perceptive skill yang mencakup mengartikan, menghasilkan,
dan mengucapkan bunyi dan struktur bahasa secara benar.
2) Interaction skill yang mencakup membuat keputusan tentang
sebuah komunikasi misalnya ingin mengungkapkan apa,
bagaimana mengatakannya, mengembangkannya sesuai dengan
yang dimaksudkan oleh orang lain.
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Oguri Vieno - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger